Satu cara kuno namun
hingga kini masih ampuh adalah upaya memecah belah umat Islam, sekaligus
memperkuat front musuh dengan cara menyebarkan tuduhan terhadap teman
sendiri dan gambaran tanpa dasar dalam bentuk isu. Karena solidaritas
dan persatuan selamanya merugikan musuh. Di masa awal-awal munculnya
Islam metode ini dengan baik digambarkan oleh al-Quran.
Kini
dengan mencermati begitu sensitifnya masalah perbedaan mazhab di dunia
Islam, musuh-musuh Islam memfokuskan masalah ini demi menciptakan
perselisihan, perpecahan dan bahkan sampai pertumpahan darah. Jelas,
bila sesama pengikut mazhab saling mengkafirkan satu sama lainnya,
persatuan menjadi tidak bermakna. Dalam kondisi yang demikian, pengikut
sebuah mazhab menjadi tidak peduli akan nasib politik pengikut mazhab
lainnya, pendudukan negara-negara Islam oleh pihak asing bahkan terhadap
pembantaian umat Islam. Memperkenalkan satu mazhab sebagai kafir
merupakan isu paling santer yang ditiupkan musuh selama beberapa dekade
ini. Mereka yang berada di balik proyek perselisihan antarmazhab ini
senantiasa memperkenalkan Syiah sebagai Rafidhi yang kafir dan Ahli
Sunnah sebagai Nashibi yang kafir.
Di antara berbagai kasus yang
ada, masalah Palestina dan solidaritas umat Islam sedunia baik antara
Syiah dan Ahli Sunnah dalam upaya membebaskan kiblat pertama umat Islam
menjadi fokus manuver rezim Zionis Israel untuk menyebarkan isu
pengkafiran sesama Muslim. Dari satu sisi mereka menakut-nakuti rakyat
Palestina akan isu bernama penyebaran Syiah dan tokoh-tokoh yang punya
hubungan dengan Iran sebagai kaki tangan Iran dan pendakwah Syiah di
Palestina. Sementara kepada orang-orang Syiah baik di Iran maupun di
mana saja berada, didoktrinkan bahwa orang-orang Palestina adalah
Nashibi dan membenci Ahlul Bait Nabi Saw. Dengan isu ini diharapkan
bukan hanya orang-orang Syiah tidak membantu, tapi juga meyakini bahwa
kehendak Allah agar orang-orang zalim saling berperang dan orang-orang
Nashibi yang lebih buruk dari Yahudi dimusnahkan oleh orang-orang
Yahudi!!!
Tulisan ini akan mencoba membeberkan akar masalah,
motifasi, sejarah dan bentuk-bentuk tuduhan yang dilontarkan selama ini
mengenai Syiah dalam sejarah perjuangan pembebasan Palestina.
Ulama Syiah dalam Sejarah Perjuangan Melawan Israel
Bila
secara sederhana merunut perjuangan ulama Syiah dalam melawan rezim
Zionis Israel yang terbetik di benak seseorang adalah Imam Khomeini ra
yang dengan tegas dan kokoh menghadapi Zionis Israel. Namun sebenarnya
tidak demikian. Imam Khomeini ra sejatinya hanya merupakan satu bagian
dari mata rantai ulama dan para pejuang Syiah yang dengan tetap
mempertahankan mazhabnya dengan pemahaman yang dalam menyaksikan betapa
ancaman Zionis Israel bukan hanya kepada umat Islam tapi kepada seluruh
umat manusia. Dalam upaya menghadapi bahaya ini mereka menyerukan
seluruh umat manusia dan memobilisasi para mustadh'afin dan orang-orang
yang punya pemikiran merdeka.
Fenomena yang menarik dalam sejarah
perjuangan ulama Islam dalam upaya membebaskan kiblat pertama umat
Islam, ulama Syiah adalah yang paling punya peran dalam perjuangan dan
memberikan dukungan kepada rakyat Palestina. Sementara ulama yang
fanatik buta dan lebih memilih ikut dalam kerangka berpikir musuh Islam
malah meninggalkan Palestina sendirian. Dalam sejarah tidak ditemukan
para marji Syiah yang terbetik dalam benak mereka bahwa rakyat Palestina
adalah Nashibi, bahkan berkali-kali menegaskan keislaman mereka.
Sebagai
contoh, Allamah Syarafuddin Amili bukan hanya tokoh dalam berdialog
mazhab saja tapi juga merupakan ulama pertama yang menyatakan
kekhawatirannya dan memperingatkan dunia Arab akan imigrasi orang-orang
Yahudi dari segala penjuru dunia ke Palestina. Dengan sigap ia menuding
Inggris yang bertanggung jawab akan semua ini. Inggris memanfaatkan
kevakuman kekuasaan sepeninggal runtuhnya Dinasti Ottoman Turki dengan
menciptakan rezim boneka tepat di jantung dunia Islam. Allamah
Syarafuddin tidak cukup dengan itu tapi meminta kepada negara-negara di
dunia untuk memprotes dan menekan Inggris agar mencegah langkah
orang-orang Zionis.
Allamah Kasyif al-Githa yang dikenal karena
melayangkan surat kepada Raja Arab Saudi yang isinya mengkritik
pemikiran takfiri Muhammad bin Abdul Wahhab, termasuk ulama terdepan
dalam perjuangan melawan Zionis Israel. Ia banyak melakukan perjalanan
mengelilingi negara-negara Islam dan saat bertemu para pemikir ia
berusaha membangkitkan kesadaran mereka akan konspirasi dunia Barat.
Dalam perjalanan bersejarahnya ke Palestina tahun 1350 Hq, ia ikut dalam
sebuah acara yang diselenggarakan bertepatan dengan kelahiran Nabi
Muhammad Saw dan berpidato di sana. Allamah Kasyif al-Githa membeberkan
berbagai sebab kemunduran dunia Islam, keharusan menjauhi sikap ganda
dan bahaya Zionis Israel bagi dunia Islam. Setelah berpidato ia lalu
mengunjungi kota Haifa, Nablus dan Yafa.
Setelah terbentuknya
rezim Zionis Israel dan kekalahan militer negara-negara Arab, Allamah
Kasyif Al-Githa mengecam kepala-kepala negara Islam karena bersalah
dalam perjuangan dan memobilisasi rakyat. Ia menolak undangan ketua
Asosiasi Amerika dan Pecinta Timur Tengah agar mengikuti kongres yang
mengkaji pelbagai solusi kerjasama Islam dan Kristen. Dan dalam sebuah
surat panjang dan terbuka dengan nama "al-Kalimah al-‘Ulya Fi al-Islam
Laa Fi Bahmadun" ia membuktikan bahwa fitnah asli bagi seluruh agama dan
mazhab adalah Amerika dan Barat, bukan komunis.
Ayatullah Sayid
Abdulkarim Zanjani, seorang faqih Najaf al-Asyraf sama seperti Allamah
Kasyif al-Githa banyak melakukan perjalanan ke negara-negara Islam di
jalan kemuliaan Islam dan membela Palestina. Saking banyaknya membantu,
ia bahkan dituduh sebagai Ahli Sunnah. Padahal dari perjalanan yang
dilakukannya banyak membantu orang-orang Syiah di negara-negara Arab.
Beliau berkunjung ke Palestina atas undangan Sayid Amin Huseini, Mufti
Palestina dan di sana ia menyampaikan pidato yang berapi-api, sehingga
Mufti Palestina setelah pidatonya berkata, "Keuntungan yang diraih dari
pelajaran Anda di Masjidul Aqsha lebih baik ratusan kali mempersiapkan
tentara bagi rakyat Palestina, Arab dan Muslimin."
Ayatullah
al-Hakim satu lagi marji Syiah Najaf al-Asyraf yang banyak mengirimkan
tim ilmuwan ke pelbagai konferensi dan menjawab fatwa senantiasa
mendukung perjuangan rakyat Palestina dan bahkan berada di garis
perjuangan melawan Zionis Israel. Sementara para ahli fiqih kontemporer
Syiah seperti Ayatullah Kashani, Ayatullah Boroujerdi, Imam Khomeini ra,
Ayatullah Taleqani, Allamah Thaba'thaba'i, Ayatullah Golpaigani,
Ayatullah Najafi Marashi, Ayatullah Behbahani, Ayatullah Sayid Abdullah
Shirazi, Syahid Murtadha Muthahhari dan lain-lainnya semuanya punya
sikap transparan mendukung rakyat Palestina dan mengikis setiap isu
mengenai apakah orang-orang Palestina Nashibi atau bukan. Mereka juga
membuktikan betapa mereka yang mengakui isu ini lebih Katolik dari Paus
dan lebih Syiah dari para marji.
Cara Busuk Zionis Israel
Saat
Imam Khomeini ra memulai perjuangannya melawan rezim Zionis Israel dan
menuntut embargo minyak ke Zionis Israel dan pemutusan hubungan dengan
rezim ini, Imam terus menegaskan bahwa faktor yang membuatnya menentang
Shah Pahlevi adalah hubungannya dengan Israel. Zionis Israel selalu
berusaha melontarkan isu untuk menutupi perjuangan orang-orang Syiah
menentang rezim buatan ini.
Isu ini semakin gencar terutama
setelah fatwa Imam Khomeini ra pada tahun 1968 saat menjawab permintaan
fatwa (istifta) perwakilan kelompok Fatah. Dalam menjawab istifta
tersebut Imam Khomeini ra membolehkan para pejuang Palestina
memanfaatkan sebagian dari uang khumus dan zakat sesuai dengan kebutuhan
di jalan perjuangan melawan Israel. Padahal bila kita mencermati
sejumlah surat di buku Shahifah an-Nur saat memberikan izin kepada para
wakil syar'inya dalam memanfaatkan unag khumus dan zakat, Imam tampak
begitu berhati-hati. Namun sekaitan dengan perjuangan melawan Zionis
Israel, masalahnya sedemikian pentingnya perjuangan ini, sehingga Imam
dengan segenap kehati-hatiannya memberikan izin penggunaan uang khumus
dan zakat, kepada kelompok-kelompok sekalipun punya kecenderungan
nasionalis dan bukan Islam.
Untuk mengenal lebih jauh mengenai
pandangan jauh ke depan Imam Khomeini ra, menelusuri teks istifta dan
fatwa Imam akan menambah informasi untuk membandingkan dengan mereka
yang menyebarkan isu bahwa rakyat Palestina adalah Nashibi yang membenci
Ahlul Bait.
Empat Istifta Faksi Fatah dan Jawaban Imam Khomeini ra
Waktu : 19 Mehr 1347 / 18 Rajab 1388 / 11 Oktober 1968.
Tempat: Najaf Al-Asyraf, Irak.
Tema : Kewajiban perjuangan melawan Zionis Israel dan solidaritas Palestina.
Kepada: Wakil Fatah.
Soal:
Pemimpin pejuang, tolong jelaskan pandangan Anda mengenai pemberian
zakat dan saham Imam (khumus) kepada para pejuang pemberani yang berada
di bawah komando Fatah yang tengah berjuang di medan kehormatan?
Jawab:
Bimillahirrahmanirrahim. Sangat ditekankan bahkan wajib untuk
menyisihkan secukupnya dari zakat dan khumus kepada para pejuang di
jalan Allah. Kepada para pejuang yang berada di lini perang, berkorban
demi menghancurkan Zionis kafir anti kemanusiaan, demi menghidupkan
kembali kemuliaan Islam yang telah hilang dan demi memperingati sejarah
kegagahan Islam. Wajib kepada setiap muslim, yang beriman kepada Allah
dan hari akhir, yang mengerahkan segala daya dan upaya di jalan ini
bakal mencapai Ihdal Husnayain; syahadah atau kemenangan dan kepada
kalian yang berperang di medan pertempuran demi menghapuskan nokta hitam
ini, kemenangan cemerlang telah menanti kalian dengan bantuan Allah.
Berikan kabar gembira kepada orang-orang Mukmin bahwa Allah senantiasa
berada di belakang setiap kehendak para ksatria yang menuntut kebenaran
dan haknya. Saudara-saudara kami yang dengan bantuan Allah Yang Maha
Perkasa bakal meraih kemenangan akhir, yakni para pejuang Fatah dan
teman-teman seperjuangan mereka pasukan ‘Ashifah dan para pejuang lain
di jalan Allah. Membantu mereka dengan segala kekuatan dan fasilitas
hukumnya wajib. Wallahu Waliyyu Al-Taufiq.
Soal: Setelah api
revolusi suci semakin berkobar di tanah air Palestina dan keberhasilan
luar biasa yang diraih di bawah kepemimpinan Fatah, apa pandangan Anda
mengenai saudara-saudara kami yang berjuang di Palestina pendudukan?
Jawab:
Bimillahirrahmanirrahim. Pandangan pertama dan terakhir saya tentang
saudara-saudara pejuang kami agar mereka terus melanjutkan perjuangan
tak kenal lelah mereka. Karena kehidupan yakni akidah dan perjuangan di
jalan akidah "Inna al-Hayata Aqidatun wa Jihadun". Tidak diragukan bahwa
dalam pemikiran Islam, kematian lebih baik dari kehidupan penuh
kehinaan. Dalam kondisi kekinian, kita tidak punya pilihan lain kecuali
melanjutkan perjuangan ini dengan segala kekuatan dan fasilitas yang
dimiliki sampai berhasil mengembalikan kemuliaan kita dan generasi masa
depan kita dalam sejarah penuh keagungan Islam.
Allah berfirman,
"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu" (QS. 8: 60),
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia
akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" (QS. 47: 7), "Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman" (QS. 3: 139) dan "Janganlah kamu berhati lemah
dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, Maka
Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu
menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak
mereka harapkan" (QS. 4: 104).
Soal: Mengenai perjuangan
bersenjata yang tengah berlangsung di Palestina dan aksi kekerasan
Zionis Israel terhadap warga Arab dan Islam tolong sampaikan pendapat
Anda agar seluruh umat Islam di seluruh dunia memobilisasi seluruh
kekuatan materi dan non materinya serta ikut dalam jihad suci ini?
Jawab:
Bismillahirrahmanirrahim. Sebagaimana telah saya sampaikan sebelumnya,
dalam kondisi kekinian setelah tunduk pada undang-undang suci Islam,
tidak ada masalah yang lebih wajib dari membela jiwa dan harta di jalan
meninggikan Islam. Ketika kalian menyaksikan darah saudara dan saudari
tidak berdosa kalian mengalir di tanah air suci Palestina dan saat
kalian menyaksikan tanah air kita diduduki dan rumah-rumah kita
dihancurkan oleh tangan-tangan Zionis Israel, dalam kondisi yang
demikian tidak ada jalan lain kecuali jihad dan kepada seluruh umat
Islam wajib hukumnya memberikan bantuan dalam perjuangan ini baik materi
maupun non materi. Allah berada di balik kehendak ini. Wallahu Min
Warai Al-Qashd.
Soal: Kini pengaruh Zionis Israel telah merasuk
ke dalam kehidupan orang Iran yang muslim. Menurut pandangan Anda, apa
hal paling mendasar bagi bangsa Iran untuk memutuskan pengaruh Israel di
Iran, sehingga saudara-saudara Iran kami juga ikut berjuang dengan para
pejuang Palestina?
Jawab: Bismillahirrahmanirrahim. Solusi
mendasar adalah rakyat Muslim Iran harus memutuskan hubungan dengan kaki
tangan Israel dan agen-agen imperialis lainnya, menekan mereka dari
sisi materi dan kejiwaan dan menekan segala kebutuhan vital mereka.
Intinya harus melakukan perang ekonomi dengan mereka dan juga berperang
di pelbagai bidang lainnya, sehingga mereka terpaksa memutuskan seluruh
hubungannya dengan Iran dan seluruh umat Islam. Akhirnya, bangsa Iran
mampu membantu baik secara materi dan spiritual kepada mujahidin
Palestina.
Dalam kondisi saat ini, merupakan suatu keharusan bagi
setiap Muslim untuk mengerahkan segala daya dan upaya untuk membebaskan
Palestina dan membalas dendam terhadap para penjajah.
Wallahu Waliyyu Al-Taufiq.
Tidak
boleh ragu bahwa kewajiban seorang muslim yang hidup di daerah paling
terpencil dan jauh sekalipun dari Palestina sama dengan seluruh
masyarakat Palestina yang muslim. Umat Islam seperti satu tubuh dan
dalam tanggung jawab umum berada dalam satu barisan. Tidak ada itu yang
namanya memecah belah dan rasialis. Di antara bangsa-bangsa Islam tidak
ada sedikit pun keistimewaan, kecuali takwa dan yang paling dimuliakan
di hadapan Allah adalah kalian yang paling bertakwa.
Hasbunallahu Wa Ni'malwakil. (IRIB Indonesia)
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar